〔 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 - 𝐅𝐈𝐕𝐄 〕
〔 𝐇𝐄𝐋𝐋-𝐄𝐕𝐀𝐓𝐎𝐑 〕
Inspired by song of STRAYKIDS - HELLEVATOR
Start : October 4th 2020
End : -
(n) This story is original from Mundane thought.
It is forbidden to copy and paste this story without the permission of Mundane. If there is a similarity in other stories, it's an accident. Happy reading!!.
—
Hyunjinio, Seungminera, dan Jeonginora sedang bersembunyi dibalik dinding. Mereka bertiga sedang memikirkan jalan keluar untuk pergi dari kastil ini dengan selamat.
"Min, kalo gue pikir lagi, permainan ini tuh adalah jebakan. Buktinya, Felix yang milih opsi 2 aja mati lebih dulu daripada kita. Jadi menurut gue, main gak main pun tetap akan mati." tutur Hyunjinio yang membuat Seungminera semakin pusing. "Mending kita keatas aja, daripada disini." lanjut Hyunjinio.
"Lo mau kita mati lebih dulu?!" Seungminera tidak setuju dengan usul Hyunjinio. "Heh, di lorong bawah pun kita juga bakal mati, Min!". Kalau dipikir lagi ada benarnya juga. Memilih opsi 1 atau 2 tidak ada gunanya. Bagaimanapun mereka juga akan tetap mati di kastil ini.
"Yaudah, kita keatas aja. Ayo Jeong" Seungminera mengulur tangan kepada adik yang lebih muda darinya itu. Mereka bertiga menuju ke titik awal mereka berkumpul, ya didepan lift kematian itu. Hyunjinio masuk lebih dulu, disusul oleh kedua sahabatnya itu. Perlahan lift itu naik dan berhenti tepat di lorong paling atas dimana tempat sahabatnya yang lain berada.
"Makin gelap aja anjir."
"Ada dua jalur, kalo kita mencar kesian Jeongin gak ada teman. Jeong lo mau ikut?"
Jeonginora sebenarnya ingin, namun ketakutan menghantuinya terus menerus. "Enggak Hyung, aku disini aja." tolak Jeongin.
"Ya sudah, lo diem didekat obor ini aja. Kalo ada yang dateng langsung masuk ke dalam lift buat sembunyi. Jangan keluyuran kemana-mana." titah Hyunjinio yang diangguki Jeonginora.
"Kita pergi dulu ya, ingat diem disini aja." Seungminera dan Hyunjinio pun pergi mengambil jalur ke arah kanan.
disisi lainnya
Chris terus-terusan mencari jalan keluar sendirian, ia benar-benar trauma melihat kejadian sadis yang dialami sahabatnya, Abinara. Namun, disaat ia berjalan menyusuri lorong tersebut, ada suatu cahaya kecil yang terletak di pinggir jalan lorong itu.
"Loh? I-itu Felix?! FELIX!" teriak Chris kepada sosok yang ada dipinggir lorong itu. Ya, ada sosok yang menyerupai Felix dilorong tersebut.
"Lix? ini Chris hyung, Lix." panggil Chris, namun yang dipanggil hanya diam menghadap ke dinding kastil.
"Lix? kok lo diem aja sih?" Chris masih tidak tahu bahwa Felix itu sudah mati lebih dulu.
"Lix!!" Chris memutar paksa badan sosok menyerupai Felix itu dan Chris benar-benar terkejut karena wajah sosok itu tidak berbentuk sama sekali. Chris pun terhempas kebelakang dan menghantam dinding kastil dengan keras.
Sosok menyerupai Felix itu semakin mendekat ke arah Chris. Chris tidak bisa bergerak sama sekali, pergerakan nya terkunci seolah-olah dia terpaku di dinding. Sosok itu mengangkat tangan kanannya yang memegang pisau dan mengarahkan ke depan leher Chris. Chris hanya bisa mengumpat didalam hatinya karena masih belum percaya bahwa sahabatnya ingin membunuhnya.
Perlahan pisau itu menyayat leher putih Chris dan Chris berteriak sekencang-kencangnya berharap ada yang menolongnya. Namun sayangnya belum sempat ia ditolong, Chris ditusuk dengan duri yang muncul dari dinding dibelakangnya. Chris pun mati tergantung di dinding sama seperti kejadian Abinara.
—
Hyunjinio dan Seungminera menyusuri lorong kanan itu dengan hati-hati. Mereka berdua saling berdekatan agar tidak terpisah.
"Kemana sih ini?"
"Ya gak tau, kan lo yang milih jalan." Hyunjinio hanya diam dan melanjutkan perjalanannya itu.
"Menurut lo ini bakal sampe kapan?"
"Bentar aja kali, kalo lorong mah deket."
Saat mereka berdua sedang berbincang, tiba-tiba mendengar suara teriakan dari lorong tersebut.
"Eh?! itu suara siapa?!" Hyunjinio terkejut karena suara teriakan itu menggema sangat keras.
"Itu suara Chris Hyung!!!" Seungminera langsung berlari ke arah suara tersebut, disusul oleh Hyunjinio. Namun sayang, mereka terlambat. Chris sudah tergantung di dinding kastil itu dengan leher yang hampir putus dan badannya yang tertusuk duri-duri tajam dari dinding kastil. Seungminera hanya bisa menatap Chris yang mati dengan cara yang sadis. Lalu sebuah helaian kain jatuh dari atas dengan tulisan
CHRISTOPHER WAS DIE
Seungminera benar-benar ingin menangis. Ia sudah melihat dua sahabatnya yang mati dengan cara yang begitu kejam. Seungminera meremat kuat helaian kain itu, betapa sedihnya melihat sahabatnya mati tepat dihadapannya. Hyunjinio hanya bisa menenangkan Seungminera. Ia tau perasaannya sekarang melihat sahabatnya mati tidak terduga.
to be continued
cr. Adjie Juanda Aldebrn.
╱╱ 𝐉𝐔'𝐓𝐈𝐌𝐄—𝐔𝐒 . ╱╱ 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐈𝐀 𝐃𝐄 𝐋𝐄𝐕𝐀𝐍𝐒
Komentar
Posting Komentar