〔 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 - 𝐅𝐎𝐔𝐑 〕

 
                         〔 𝐇𝐄𝐋𝐋-𝐄𝐕𝐀𝐓𝐎𝐑 〕
Inspired by song of STRAYKIDS - HELLEVATOR
              Start : October 4th 2020
               End : - 
(n) This story is original from Mundane thought. 
It is forbidden to copy and paste this story without the permission of Mundane. If there is a similarity in other stories, it's an accident. Happy reading!!.


















Hyunjinio menyusul ketempat dimana Seungminera duduk termenung melihat jasad sahabatnya itu. "Mana Felix?! Felix selama— Astaga..." kata-kata Hyunjinio terpotong saat melihat jasad sahabatnya yang mati secara sadis itu. Kulit robek disekujur tubuh, kain baju yang tidak berbentuk, darah dimana-mana, itulah yang ada disekitar jasad Felix. 

"Hyung... takut.." kasihanilah Jeonginora yang masih terlalu muda untuk melihat suramnya kehidupan. "Udah gapapa, kita barengan ya. Ayo Min, udah waktunya kita ninggalin Felix disini." Hyunjinio mengulurkan tangan ke Seungminera agar bangkit dari duduknya.









dilain tempat. 








Handelard begitu keras kepala. Sesampainya mereka dilorong atas, ia langsung keluar dan berjalan sendirian tanpa mengkhawatirkan ketiga sahabatnya lagi yang sedang bergandengan tangan dan menjaga satu sama lain. 

"Ada dua jalur." Abinara melihat ada dua jalur berbeda, namun bagi Chris itu adalah jalur yang sama karena sama-sama gelap. Tanpa fikir panjang, Han langsung menuju jalur kiri sendirian. "Duh, gini deh kita bagi dua. Gue sama Han ke kiri, lo sama Chris ke kanan." putus Lino, Chris dan Abin hanya mengangguk dan mulai menuju jalur yang ditentukan. 



"Deketan dikit napa. Ntar lo diculik wewe gombel mampus lo" Chris geram dengan Abinara yang terus-menerus menjauhinya. Akhirnya terpaksa Abinara berjalan dibelakang Chris. 

Semakin jauh mereka berjalan, semakin aneh suasananya. Angin dingin berhembus entah darimana, padahal tempat mereka sama sekali tidak ada jendela kastil. Pencahayaan sangat kecil, obor yang terletak setiap 1000 meter membuat pandangan mereka buram dan terbatas. 

"Lo kalo jalan pelan-pelan dong, gedeg gue denger suara langkah lo" itu Chris yang sedang ngomel ke Abinara, sedangkan yang diomeli bingung. Pasalnya sepatu yang ia pakai bukanlah sepatu ber-alas berat. "Gue udah pelan kok, telinga lo rusak kali. Salah denger jadinya." Namun, Chris malah berhenti dan membuat Abin dibelakangnya ikut berhenti. Benar saja, itu bukan suara dari langkah mereka berdua. Tetapi, ada yang mengikuti mereka. 

"Anjir siapa itu? Woi! Gak usah ngikutin kita dong!" teriak Chris di lorong yang sepi itu, namun derap langkah nya semakin jelas. Dan ada sebuah cahaya yang mendekat ke mereka berdua. 

Sosok berjubah hitam menghampiri mereka berdua menggunakan obor dari darah. "Mau apa lo datengin kita?!" teriak Chris kepada sosok itu namun tidak ada respon. Sosok itu semakin mendekat ke mereka berdua dan saat sosok itu tepat didepan mereka berdua

Chris dan Abinara terdiam membeku, kenapa? karena sosok tersebut tidak memiliki kepala. Chris dan Abinara langsung berlari menjauh, namun sayang Abinara yang malang tertarik kebelakang ke arah sosok itu berada. Chris menyaksikan dengan mata nya sendiri bahwa Abinara disakiti dengan sadis oleh sosok yang menyerupai iblis itu hingga tak bernyawa.

Chris tidak bisa melawan, jika ia maju menghadap sosok itu dia akan mati bersama dengan Abinara. Ya, ego mereka mulai menunjukkan mereka yang sebenarnya bahwa mereka memilih selamat untuk diri sendiri kebanding mati bersama dengan sahabatnya. 

Setelah sosok itu hilang, Chris mendekati Abinara yang digantung di dinding kastil tua itu. Sehelai kain pun jatuh dari atas bertuliskan


                    ABINARA WAS DIE


Chris bingung, ia tak tahu harus bagaimana. Jika ia bertemu dengan Lino dan Han, pasti mereka sangka bahwa Chris yang membunuh Abinara.



to be continued.




cr. Adjie Juanda Aldebrn.
╱╱ 𝐉𝐔'𝐓𝐈𝐌𝐄—𝐔𝐒 . ╱╱ 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐈𝐀 𝐃𝐄 𝐋𝐄𝐕𝐀𝐍𝐒

Komentar